Selasa, 15 Juli 2014

Iklim



Perubahan keseimbangan iklim

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Dunia
Dampak dari pemanasan global kini telah diteliti oleh para ilmuwan. Berdasarkan laporan dari PBB, dampak perubahan iklim ini sangatlah besar dan parah, bahkan saat ini tidak dapat diubah. Para ilmuwan dan pejabat yang bertemu di Jepang menyampaikan bahwa dokumen tersebut merupakan penilaian yang paling komprehensif terkait perubahan iklim terhadap dunia. Bahkan para anggota panel iklim PBB pun memberikan bukti efek dari perubahan iklim ini.

Saat ini, sistem alam menanggung banyak beban, namun dampak yang lebih besar pada manusia lebih dikhawatirkan. Kesehatan kita, rumah, makanan dan keamanan akan terancam oleh naiknya suhu iklim. Laporan itupun akhirnya disepakati setelah diskusi berjalan hampir seminggu di Yokohama.

Pertemuan tersebut merupakan pertemuan kedua dari serangkaian Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang menguraikan penyebab, efek, dan solusi dari pemanasan global. Dalam pertemuan itupun, para ilmuwan menunjukan bukti ilmiah terkait dampak pemanasan yang hampir dua kali lipat efeknya sejak laporan terakhir pada 2007.

Dampak pemanasan global dapat terjadi pada mencairnya gletser atau pemanasan permafrost. Selain itu, dampaknya juga akan mempengaruhi sistem alam dan manusia dalam beberapa dekade terakhir. Laporan ini juga memberikan penjelasan dampak jangka pendek pada sistem natural dalam 20 hingga 30 tahun mendatang.
Selain itu, laporan ini juga memberikan penjelasan terkait lima alasan mengapa kita harus lebih khawatir akan dampak dari pemanasan global. Pemanasan global juga mengancam sistem seperti es laut Arktik dan terumbu karang, dimana tingkat resikonya sangat tinggi dengan kenaikan suhu 2 celcius.

"Tak seorang pun di planet ini yang tidak akan terkena dampak perubahan iklim," kata ketua IPCC Rajendra Pachauri di Yokohama.

Dr Saleemul Hug, seorang penulis dari salah satu bab dalam dokumen tersebut juga memberikan pernyataannya. "Sebelum pertemuan ini, kami pikir kami tahu bahwa ini terjadi, tetapi sekarang kami memiliki bukti bahwa ini terjadi dan ini nyata," katanya.

Sedangkan, Michel Jarraud, sekjen Organisasi Meteorologi, sebelumnya mengatakan bahwa orang-orang dapat merusak iklim bumi karena ketidaktahuannya. "Sekarang, ketidaktahuan tidak lagi menjadi alasan yang baik," katanya.
Menurutnya, laporan itu pun berdasarkan lebih dari 12 ribu penelitian ilmiah. "Dokumen ini adalah bukti yang paling kuat di semua disiplin ilmu," katanya. Dampaknya juga berpengaruh pada laut dan sistem air tawar. Lautan akan menjadi lebih asam sehingga mengancam terumbu karang dan banyak spesies lainnya.

Di darat, hewan, tumbuhan, dan spesies lainnya akan mulai bergerak menuju tempat yang lebih tinggi atau ke arah kutub karena naiknya merkuri. Meskipun begitu, manusia juga akan semakin terpengaruh.

Ketahanan pangan pun juga disoroti karena menjadi hal yang penting. Hasil panen jagung, beras, dan gandum akan merosot pada 2050 hingga sepersepuluh dan menyebabkan kerugian lebih dari 25 persen. Setelah 2050, resiko merosotnya hasil panen pun akan lebih parah. Sementara itu, permintaan makanan pun diperkirakan akan meningkat hingga sembilan miliar. Tak hanya itu, banyak spesies ikan yang menjadi sumber makanan penting bagi manusia pun akan pindah karena perairan menghangat.

Berikut pemicu perubahan iklim

whitepaper

 Gambaran lembut alam semesta ini seperti dilukiskan mithos kuno yang dilukiskan oleh Ibu Pertiwi sesungguhnya tidak terbukti. Alam ini sangat peka sehingga sedikit saja cuaca dan iklim berubah, maka tercabiklah kerak bumi, dan keluarlah letusan vulkanik, gempa bumi dan longsor yang semuanya melululantakkan apa yang ada disekitarnya.Cerita ini bukanlah dari pendongeng, melainkan kesimpulan hasil penelitian sejumlah ilmuawan pada pertengahan tahun 2009 yang berlangsung di London Inggeris dengan tajuk “ Climate Forcing Of Gelogical And GeomorphologicaL Hazard” Para ilmuawan menilai bahwa perubahan iklim bisa merusak kesimbangan planet bumi. Telah lama diketahui bahwa antara iklim dan pergerakan kerak bumi saling berkaitan. Ditegaskan bahwa betapa pekanya lapisan bumi terhadap udara, es dan air di atasnya. Tidak perlu melakukan perubahan besar untuk memancing reaksi kerak bumi. Bill Mc Guire dari Universitas Oxford dan Serge Guillas dari UCL memaparkan bukti, bahwa perubahan di tingkat permukaan laut mempengaruhi kegempaan di lautan Pasifik Timur salah satu batas lempeng benua yang menjadi mekar paling cepat.
Para ilmuawan memfokuskan penelitian pada lempeng mini Easter lempeng tektonik yang menghampar dibawah samudara di lepas pantai Pulau Easter. Lempeng ini relatif terisolir dari sesar-sesar lainnya, ini mempermudah upaya membedakan perubahan-perubahan besar untuk memncing respon kerak bumi yang terjadi berhubung sistim iklim yang timbul karena tumbukan.
Sejak  tahun  1973 terjadi gelombang El-Nino yang berkorelasi dengan frequensi gempa bawah laut.Para ilmuawan yakin, kemuculan El-Nino dan terjadinya gempa laut itu sangat berkaitan. El-Nino menaikan permukaan air laut  sampai puluhan Cm. Berat air ekstra dapat meningkatkan tekanan aliran fluida dalam pori-pori batuan dasar laut. Tekanan ini cukup menetralisir energi geseran yang menyangga batuan agar tetap ditempatnya, sehingga sesar-sesar menjadi mudah bergeser.

Efek Rumah Kaca
Gas seperti uap air, karbondioksida merupakan gas rumah kaca yang paling banyak bertebaran di muka bumi ini, termasuk metana, klorofluorokarbon, ozon troposfir, dinitrogen oksida yang menimbulkan efek rumah kaca yang menahan panas dipermukaan bumi. Akibat pertambahan gas-gas tersebut diperkirakan akan menangkap lebih banyak energi dari permukaan bumi pada lapisan atmosfir yang lebih rendah sehingga akan menimbulkan kenaikan suhu dan perubahan-perubahan lain dalam pola pembekuan serta perubahan lain dalam iklim global yang tidak dapat diramalkan.Perubahan-perubahan dipermukaan bumi akibat meningkat suhu panas berdampak kepada mencairnya es di kutub sehingga air laut meningkat dan akan sangat berpengaruh kepada reaksi kerak bumi, sehingga memicu terjadinya gempa vulkanik.
Komposisi gas-gas atas efek rumah kaca sebagai berikut :
  • Gas Karbondioksida                50 %
  • Gas Metana                            13  %
  • Dinitrogen oksida                       5 %
  • Gas Ozon Troposfir                   7 %
  • Klorofluorokarbon CFC R-11   5 %
  • Klorofluorokarbon CFC R-12 12 %
  • Gas lain-lain                               8 %

Senin, 16 Juni 2014

Kesehatan Remaja


Kesehatan Reproduksi Remaja 





Remaja perlu pahami kesehatan reproduksi karena  pemahaman mengenai kesehatan reproduksi sangat penting agar remaja bisa mempersiapkan dirinya lebih baik dalam memasuki kehidupan berkeluarga. Oleh sebab itu diharapkan remaja bisa mengatur fungsi dan proses reproduksinya serta bisa lebih bijak dalam membangun perilaku seksual yang bertanggung jawab. 

Pengertian Kesehatan Reproduksi
 Pengertian Kesehatan Reproduksi adalah suatu

keadaan kesehatan yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi fungsi serta prosesnya.

Sedangkan Kesehatan Reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.



Definisi kesehatan reproduksi menurut hasil ICPD 1994 di Kairo adalah keadaan sempurna fisik, mental dan kesejahteraan sosial dan tidak semata-mata ketiadaan penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsi dan proses. 



Pengertian Kesehatan Reproduksi  ini mencakup tentang hal-hal sebagai berikut: 1) Hak seseorang untuk dapat memperoleh kehidupan seksual yang aman dan memuaskan serta mempunyai kapasitas untuk bereproduksi; 2) Kebebasan untuk memutuskan bilamana atau seberapa banyak melakukannya; 3) Hak dari laki-laki dan perempuan untuk memperoleh informasi serta memperoleh aksebilitas yang aman, efektif, terjangkau baik secara ekonomi maupun kultural; 4) Hak untuk mendapatkan tingkat pelayanan kesehatan yang memadai sehingga perempuan mempunyai kesempatan untuk menjalani proses kehamilan secara aman.



Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan repoduksi yaitu :

1. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, dan ketidaktahuan tentang perkembangan dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil).


2. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain, dsb).

3. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita pada pria yang membeli kebebasannya secara materi, dsb).